Friday, 27 September 2013

Menjadi "Imam" di Negeri ini



Seorang pemimpin dan orang yang mempunyai ilmu yang lebih dalam Islam biasa kita panggil dengan sebutan Imam, baik itu Imam Masjid, seperti Imam Masjid Istiqlal maupun Imam Besar Masjidil Haram. Imam dikenal oleh masyarakat sebagai seseorang yang menjadi panutan dan tauladan terutama dalam hal beribadah. Seorang Imam dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin mereka dalam beribadah, sebagai sumber ilmu pengetahuan pada majelis-majelis ilmu, tempat bertanya dan berkonsultasi tentang ilmu agama dan ilmu lainnya yang bermanfaat dalam kehidupan.




Pada hakikatnya setiap manusia dapat menjadi Imam. Menjadi Imam disini tidak hanya dalam shalat berjamaah, tetapi juga dapat dimaknai dengan menjadi Imam bagi diri sendiri, keluarga dan juga masyarakat sekitar. Imam tidak hanya identik dengan pemimpin shalat, tetapi juga dikenal sebagai pemimpin dalam kehidupan.  

Seorang pemimpin haruslah mempunyai sifat-sifat yang mampu mengayomi dan mengarahkan anggotanya ke arah kemakmuran, ke arah kesejahteraan dan ketertiban. Seorang pemimpin hendaknya juga memiliki budi pekerti yang mulia dan menjadi tauladan bagi masyarakatnya. Seorang pemimpin yang tauladan akan disukai dan didukung oleh masyarakatnya dan akan menjadi pemimpin yang baik serta bijaksana. 

Pemimpin vs Pimpinan
Seorang pemimpin berbeda dengan pimpinan. Terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara gaya kepemimpinan seorang pemimpin dan seorang pimpinan. Seorang pimpinan menuntut hormat dan pelayanan dari bawahannya, merasa bahwa dialah yang berkuasa dan merasa bahwa dialah yang paling tinggi dari bawahannya. Sedangkan seorang pemimpin itu adalah orang yang mampu membawa anggotanya melakukan sesuatu, mampu mempengaruhi anggota dengan kharismanya yang tinggi, mampu membuat anggotanya merasa segan, percaya dan menaruh hormat yang kepada si pemimpin. Dengan kata lain, seorang pemimpin itu adalah orang yang dipercaya oleh masyarakat/anggotanya untuk memimpin mereka. Kepercayaan ini diberikan bukan karena mereka memiliki harta kekayaan , memiliki power yang kuat serta memiliki pengaruh yang luar biasa, tetapi seorang pemimpin itu adalah orang yang mampu menjadi tauladan bagi masyarakat dan dipercaya oleh masyarakatnya.

Bagaimana menjadi "Imam" di Negeri ini??
Pada dasarnya, ketika kita sedang melaksanakan shalat berjamaah kita mempercayakan kita dipimpin oleh seorang Imam untuk shalat berjamaah. Kita mempercayakan mereka untuk memimpin kita karena kemampuannya dan juga ilmunya. Namun pada hakikatnya setiap orang pasti tidak akan pernah luput dari kesalahan. Setiap tingkah laku atau perbuatan manusia pasti tidak akan pernah sempurna. Begitu juga dengan seorang Imam, suatu ketika dia juga pasti akan pernah akan melakukan kesalahan. 
Islam itu indah dan bijaksana, ajaran Islam mengajarkan kita untuk mengingatkan imam yang lupa, baik lupa akan gerakan shalat maupun lupa akan bacaan. Islam tidak mengajarkan umatnya untuk mencaci seorang Imam yang salah, tetapi Islam mengajarkan kita sebagai makmum untuk mengingatkan Imam tersebut akan bacaan atau gerakan shalat yang lupa.
Begitu indahnya ajaran Islam, agama Islam mengajarkan umatnya untuk selalu mendukung pemimpinnya dan mengingatkan seorang pemimpin apabila ia lupa. Hal inilah yang seharusnya kita terapkan dalam kehidupan. Dalam kehidupan kita, kita dipimpin oleh banyak pemimpin, mulai dari tingkat RT, Lurah, Walikota, Gubernur sampai kepada Presiden. Alangkah baiknya kita mengambil pelajaran dari Imam tadi. Kita menjadikan pemimpin kita itu sebagai imam yang kita pilih dan kita percayai untuk memimpin kita dan membawa kita menuju kemakmuran dan kebahagiaan. Seorang pemimpin bertugas mengayomi masyarakat, sebagai pelayanan masyarakat dan membawa masyarakatnya ke arah yang lebih baik. Itulah tanggung jawab sebagai seorang pemimpin, sedangkan kita sebagai masyarakat hendaklah berfungsi sebagai pengontrol dan juga pendukung sang pemimpin. Jika seorang pemimpin melakukan kesalahan, hendaklah kita mengingatkan dia akan tugas dan tanggung jawabnya serta memberikan masukan dan solusi untuk mengurangi dampak dari suatu kesalahan dan mendukung perubahan yang akan dilakukan. 
Mengingatkan dan mendukung adalah cara kita sebagai anggota masyarakat dalam mendukung seorang pemimpin. Janganlah kita menfitnah dan juga menghasut orang lain untuk membenci pemimpin kita. Berikanlah kritikan dan masukan yang membangun. Kita berikan kritikan terhadap program-program yang kurang efektif  dan kita berikan masukan terhadap program yang membangun kedepannya.
Oleh karena itu, hendaklah kita menjadikan pemimpin kita sebagai seorang Imam. Menjadikan dia sebagai panutan dan mengingatkan pemimpin apabila melakukan kesalahan, seperti saat melaksanakan shalat, kita diwajibkan mengingatkan Imam kita yang lupa maupun yang melakukan kesalahan dalam shalat.

Penulis:
Ridwan Rosman Syarif
Mahasiswa Akuntansi - Universitas Andalas

Opini penulis dari sebuah inspirasi tentang seorang Imam

0 comments:

Post a Comment